Khutbah adalah salah satu sendi pokok Dakwah Islam. Sejak awal
kelahiran islam, khutbah sudah menjadi santapan rohani yang paling banyak
diminati dan dinikmati oleh kaum Muslimin. Bahkan, Rasulullah sendiri menjadi
khutbah sebagai sarana utama dakwah beliau. Saya sudah pernah mempublish tata cara khutbah, tapi yang versi latinnya. Maksudnya tidak menampilkan
tulisan arab melainkan bacaan dalam huruf latin. Berikut ini adalah tata cara berkutbah jum'at :
1. Khatib naik ke atas mimbar
setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan
duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai.
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima perkara.
1. Rukun Pertama: Hamdalah
Khutbah
jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT.
Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah.
Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah
pertama atau khutbah kedua.
Contoh bacaan:
تِ مِنْ َسَيّئَاإِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و
أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Innal hamdalillahi nahmaduhu wa
nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min
sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa
haadiyalahu
2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi
SAW
Shalawat
kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata
shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala
Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
Contoh bacaan:
Allahumma sholli wa sallam ‘alaa
muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa
yaumiddiin.
3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk
Taqwa
Yang
dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran
untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi, washiyat ini
adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk
mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu
harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.Lafadznya sendiri bisa
lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”.
Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
yaa ayyuhalladziina aamanuu
ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun
Ketiga
rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.
4. Rukun Keempat: Membaca ayat
Al-Quran pada salah satunya
Minimal
satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar
potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai
pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Contoh bacaan:
فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ
Fastabiqul khairooti ayna maa
takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa kulli syaiin qodiiru (QS.
Al-Baqarah, 2 : 148)
أَمّا بَعْدُ
ammaa ba’du..
Selanjutnya
berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu dan meningkatkan taqwa
kepada Allah SWT, lalu mulai berkhutbah sesuai topiknya. Memanggil
jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral
muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.
KARAKTER KEMULIAAN SEORANG MUSLIM
……. isi khutbah pertama ………
Jamaah sidang
jum’at yang dirahmati Allah..
.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah
habis-habisnya kita rasakan dan nikmati, sebagai ungkapan kesyukuran kita,
marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan
kualitas iman dan taqwa kepada Allah, menjadikan setiap gerak dan langkah kita
mencari keridhoan Allah semata.
Sholawat serta salam kita hadiahkan kepada baginda
Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan
dalam kehidupan nyata dalam bermasyarakat dan bernegara.
Kaum muslimin
rahimakumullah...
Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani, berbagai
macam cara yang ditempuh oleh manusia untuk mencari sesuatu yang dapat
melegakan jiwanya, mencari kemuliaan di tengah-tengah manusia. Berbagai cara
dilakukan, baik dengan cara yang terhormat ataupun bukan, yang sesuai dengan
tununan syari’at ataupun bukan. Bahkan kadang tak memperdulikan nilai-nilai
norma dalam agama dan masyarakat. Ketika kebutuhan jiwa terpenuhi, perasaan
bahagiapun tersegarkan, kemudian merasa bangga dan mulia, namun kadang kala
kebanyakan orang melupakan hakikat dan karakteristik kemuliaan yang sebenarnya
yang Allah SWT gambarkan di dalam Al-Qur’an.
Diantara begitu banyak nilai kemuliaan yang disampaikan
di dalam Al-Qur’an, ada beberapa karakter yang akan khatib sampaikan pada
kesempatan khutbah jum’at kali ini. Karakteristik pertama yang diungkapkan
Al-Qur’an adalah : orang-orang yang mulia yaitu mereka yang berjalan dimuka
bumi dengan rendah hati, tak dibuat-buat, tak pamer, tak sombong, tidak pula
memalingkan pipi ketika bertemu. Karena berjalannya manusia sebagaimana halnya
seluruh gerakan, adalah ungkapan dari kepribadian dan perasaan-perasaan yang
ada dalam dirinya, sehingga jiwa yang tenang, lurus, mulia, serius, dan
mempunyai tujuan, akan menampilkan sifat-sifat ini dalam cara berjalan orang
tersebut. Al-Qur’an menggambarkan:
“yaitu orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”
(Al-Furqon :63)
Maksud ayat ini sebagaimana penjelasan Ustadz Sayid Qutb
:”Bukankah makna kalimat ini adalah bahwa mereka berjalan dengan gontai, kepala
tertunduk, lemah dan lesuh, seperti dipahami sebagian orang yang ingin
menampilkan ketakwaan dan kesholihan. Rasulullah sendiri jika berjalan maka
Beliau berjalan dengan tegap,Beliau adalah orang yang paling cepat berjalan,
paling baik jalannya, dan paling tenang.”
Abu Hurairoh berkata : “ saya tak melihat sesuatu yang
lebih indah dari Rasulullah, seakan-akan matahari berjalan diwajah Beliau. Saya
tak melihat orang yang lebih cepat jalannya dari Rasulullah., seaka-akan bumi
tertekuk bagi Beliau, sehingga ketika kami berusaha mengejar ritme berjalan
Beliau, kami melakukannya dengan cukup sulit, padahal Beliau berjalan dengan
tenang tanpa kesulitan.”
Kaum muslimin
jamaah sholat jum’at yang dimuliakan Allah,...
Karakteristik kemuliaan yang kedua bagi orang beriman
adalah : mereka adalah orang-orang yang tersibukkanmalam-malam mereka dengan
sujud kepada Zat yang maha mulia. Mereka berjaga ditengah malam ketika manusia
tidur, mereka bersujud dan berdiri mengerahkan hati mereka ke Arsy Ar-Rahman
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Allah berfirman :
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ketempat yang mulia” (Al-Isra ;79).
Orang-orang yang mulia tak pernah
mengharapkan dari manusia, karena sumber kemuliaan adalah dari Aallah semata.
ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
karakteristik yang ketiga adalah : Kesederhanaan dan
keseimbangan dalam kehidupan mereka. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur’an
sebagaimana firman Allah :
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (Harta)
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqon:67).
Ini adalah sifat Islam yang diwujudkan
dalam kehidupan pribadi dan masyarkat. juga menjadi arah pendidikan dan hukum
islam yang dibangun atas dasar keseimbangan dan keadilan.
Seorang muslim tidaklah bebas mutlak
dalam menginfakkan dan membelanjakan harta pribadinya sekehendak hatinya
seperti yang terdapat dalam sistem kapitalis dan pada bangsa-bangsa yang
hidupnya diatur oleh hukum ilahi dalam semua bidang . namun penggunaan uang itu
terikat dengan aturan menyeimbangkan antara dua perkara yaitu, antar sikap
berlebihan dalam menginfakkan dan terlalu menahan. Karena sikap berlebihan atau
terlalu menahan harta menghasilkan ketidak seimbangan di tengah masyarakat dan
bidang ekonomi, menahan harta menimbulkan masalah-masalah demikian juga
melepaskannya tanpa kendali. Padahal harta itu adalah alat soisal untuk
mewujudkan kepentingan-kepentingan sosial.
Sementara Islam mengatur segi kehidupan
ini dengan memulainya dari jiwa individu, sehingga meniadakan keseimbangan itu
sebagai satu karakter dari karakter-karakter keimanan, Allah berfirman :
“ ... dan adalah ( pembellanjaan itu) di tengah-tengah
antara yang demikian)” (Al-Furqon:67)
Jama’ah sidang
yang dirahmati Allah..
Karakter yang keempat adalah : Orang-orang yang mulia
senantiasa menjaga kemurnian tauhid di dalam dadanya. Menjaga kehormatan orang
lain dan menjaga dirinya dari perbuatan dosa-dosa besar. Hhal ini degambarkan
oleh Allah dalam firmannya:
“ dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain
beserta Allah dan tiidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah( membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar. Dan tidak berzina. Barang siapa yang
melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan dosan(nya).”
(Al-Furqon:68)
Mentauhidkan Allah adalah pondasi
akidah islamiyah . menghindarkan diri dari menganiaya orang lain, membunuh
manusia tanpa hak adlah persimpangan jalan antara kehidupan sosial yang tenang
yang padanya kehidupan manusia dihormati dan dihargai dengan kehidupan hutan
yang padanya seorang tak merasa aman terhadap nyawanya. Adapun mencegah diri
dari perbuatan zina merupakan persimpangan ialah antara kehidupan yang bersih
yang padanya manusia merasakan peningkatan dirinya dari perasaan hewani yang
hitam pekat.
Karena ketiga Sifat ini menjadi
persimpangan jalan antara kehidupan yang pantas bagi manusia yang mulia di mata
Allah dengan kehidupan yang murah dan rendah hingga ke tingkatan hewan,. Maka Allah menyebutnya
dalam karakter-karakter para hamba Allah. Mereka adalah makhluk yang paling
mulia disisi Allah
Setelah
di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan
muslimat.
Contoh bacaan:
barakallahu lii wa lakum fill
qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril
hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril
muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Lalu
duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca
shalawat secara perlahan.Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai
khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan
diikuti dengan shalawat.
Contoh bacaan:
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ
وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.,
Innal hamdalillahi robbal’aalamiin
wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna
muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan
wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii
ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali
muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka
hamiidum majiid. Ammaa ba’adu..
Selanjutnya
di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan
tema/isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.
……. isi khutbah kedua ………
ayyuhal muslimun...
Diantara karakter kemuliaan
yang digambarkan Al-Qur’an terhadap hamba beriman adalah : Mereka tidak memberi
kesaksian palsu maupun ucapan dusta dan tidak menyibukkan diri dengan hal-hal
yang tidak berfaedah. Karena orang yang beriman mempunyai urusan tersendiri
yang menyibukkannnya dari kelalaian, hura-hura dan berbicara kosong.
Orang-orang beriman tak memiliki waktu kosong untuk bermain-main yang tidak
berarti. Karena ia disibukkan dengan tuntutan keimanannya, dakwahnya dan
beban-beban tugasnya yang ia tanggung. Allah berfirman:
“ dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)
yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui(saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya.”(Q.S. Al-FurqonL: 72)
Jamaah sholat yang berbahagia...
Orang-orang yang mulia juga
adalah orang-orang yang segera sadar ketika diingatkan dan mudah mengambil
pelajaran jika diberi nasehat terbuka hatinya untuk menerima ayat-ayat Allah
yang mereka terima dengan pemahaman dan mengambil pelajaran. Sehingga mereka
mengimaninya dengan keimanan yang penuh dengan kesadaran bukan fanatisme dan
tidak menenggelamkan wajah! Jika mereka bersemangat membela aqidah mereka ,
membela agama mereka, membela saudara seiman mereka, maka hal itu mereka
lakukan dengan sikap semangat seorang yang mengetahui penuh kesadaran dan hati
terbuka.
Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang apabila
diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya
sebagi orang-orang yangg tuli dan buta.” (Q.S Al-Furqon:73)
Kaum muslimin
yang dimuliakan Allah...
Karakteristik yang terakhir digambarkan oleh Al-Qur’an
melalui firman Allah :
“Dan orang-orang yang berkata:” Ya, Tuhan kami,
anugerahkan kepada kami ,istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa.”(Al=Furqon:74).
Ini adalah perasaan fitrah keimanan
yang mendalam. Perasaan seorang untuk menambah bilangan orang=orang yang
berjalan di jalan Allah. Tidak cukup kesholihan adalah milik pribadi,
orang-orang beriman juga selalu menyenandungkan doa-doa untuk menambah jumlah
orang-orang menyembah Allah, dan yang pertama adalah keturunan dann pasangan
mereka. Karena mereka itu adalah orang-orang yang terdekat dengan mereka.
Mereka itu adalah amanah yang paling pertama yang akan ditanyakan kepada
mereka.
Mereka juga berkeinginan agar
orang-orang beriman merasakan bahwa ia menjadi telladan bagi kebaikan dan
dijadikan contoh oleh orang-orang yang ingin menuju Allah. Dalam hal ini, tidak
ada indikasi kesombongan atau merasa hebat karena seluruh rombongan berada
dalam perjalanan menuju Allah. Itulah hamba-hamba Allah yang maha penyayang
yang akan mendapat kemuliaan sesungguhnya berupa surga di sisi Allah.
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat
Islam di khutbah kedua
Pada
bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta
kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil
muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:
Allahummagh fir lilmuslimiina wal
muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka
samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina. Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina. Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Selanjutnya
khatib turun dari mimbar yang langsung diikuti dengan iqamat untuk memulai
shalat jum’at. Shalat jum’at dapat dilakukan dengan membaca surat al a’laa
dan al ghasyiyyah, atau surat bisa juga surat al jum’ah, al
kahfi atau yang lainnya.
اَللهُمّ
صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِ
هِ
وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَ
نِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَ
ةً
وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
العالمين
والحمد لله رب.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ،
إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحيمُ.
wah berkat blog ini , saya bisa menyelesaikan tugas Agama Islam saya
BalasHapusfollback my blog http://fagenzo.blogspot.com/