AGAR JAHE
BERPRODUKSI TINGGI
1.
JAHE, ANTARA PELUANG DAN
PERMASALAHAN
ð Pengembangan jahe di
Indonesia sampai saat ini masih memiliki peluang dan prospek yang sangat baik.
ð Selama lima tahun terakhir
luas tanaman jahe mengalami peningkatan rata-rata 20% per tahun, bahkan pada
tahun 1998 dan 1999 di beberapa daerah mengalami peningkatan lebih dari 100%.
ð Penggunaan jahe untuk
kebutuhan sehari-hari dapat mencapai 90% dari total volume jahe yang diekspor.
ð Teknologi budi daya jahe
sangat menentukan ketersediaan bahan baku jahe kedepannya.
ð Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) merupakan salah satu kendala utama dalam budi
daya jahe.
ð Sebaiknya jangan menanam jahe berturut-turut pada areal
yang sama dan jangan menggunakan bibit rimpang yang berasal dari tanaman yang
terserang penyakit layu bakteri.
A.
Peluang Bisnis
ð Dilihat dari manfaatnya,
bisnis jahe dari dulu hingga sekarang masih menjanjikan.
1. Manfaat Jahe
·
Sebagai bumbu dapu. misalnya jahe digunakan dalam masakan
ikan untuk menghilangkan bau amis.
·
Sebagai obat tradisional. Jahe yang mengandung gingerol dapat
dimanfaatkan sebagai obat antiinflamasi, obat nyeri sendi dan otot karena
rematik, tonikum, serta obat batuk.
·
Jahe kering digunakan untuk memberi aroma dan rasa pada
makanan seperti permen, biskuit, kue, dan minuman.
·
Minyak jahe atau oleoresin yang dihasilkan dari destilasi
jahe kering digunakan dalam industri parfum dan minuman.
Jahe dapat
memenuhi kebutuhan luar dan dalam negeri dalam bentuk jahe segar, jahe kering,
jahe asinan ( salted ginger), dan minyak asiri.
2.
Jenis jahe potensial
a. Jahe gajah, jahe badak, jahe
besar, atau jahe putih
b. Jahe emprit atau jahe putih
kecil
c. Jahe merah atau jahe sunti
3. Peluang usaha tani dan
pemasarannya
ð Berbagai bentuk olahan jahe
dan pasarnya:
Jenis jahe
|
Bentuk asal
|
Bentuk Olahan
|
Pangsa Pasar
|
Pengguna
|
Jahe putih
besar
|
Jahe muda (3-4 bulan)
Jahe tua
(8-9 bulan)
|
Jahe asin pikel
Jahe asin manisan
Rimpang segar
Minuman(anggur dan sirup
Makanan(selai)
|
Ekspor dan
Dalam negeri
|
Industri pangan dan
Rumah tangga
|
Jahe putih kecil
|
Jahe kering
|
Bubuk jahe
Minyak jahe
Oleoresin
Rimpang segar
|
Ekspor dan dalam negeri
|
Industri pangan,
Farmasi,
Industri obat, dan
Rumah tangga
|
Jahe merah
|
Jahe kering
|
Dalam negeri
|
Industri obat tradisional
|
B. Layu Bakteri, Permasalahan Utama
ð Permasalahan yang sering
dihadapi para pebisnis jahe di lapangan dapat bersifat teknis dan non-teknis.
ð Permasalahan utama dan
menjadi momok petani jahe yaitu adanya serangan penyakit layu bakteri.
ð Jahe gajah yang paling banyak
di budidayakan di Indonesia rentan terhadap penyakit ini.
ð Penyakit ini sukar
dikendalikan karena bakteri Pseudomonas solanacearum dapat bertahan hidup di
dalam tanah, didalam sisa tanaman sakit, maupun pada bibit jahe selama bertahun-tahun
ð Penyebaran penyakit ini dapat
melalui air, alat-alat pertanian, partikel tanah yang melekat pada sepatu,
maupun pekerja di lapangan.
C. Pencegahan Layu Bakteri
1. Tidak melakukan penanaman
berulang pada lahan yang sama
2. Menggunakan bibit yang sehat
3. Perlakuan bibit dengan
menggunakan Agrimicyn dan abu sekam/abu bakar sebelum ditunaskan
4. Menanam di lahan sawah yang
mendapat irigasi secara kotinyu.
5. Menanam didataran tinggi dan
diikuti dengan pengolahan tanah yang baik
6. Melakukan pergiliran waktu
tanam yang bergerak dari lahan terbawah menuju lahan tertinggi.
7. Meminimalkan terjadinya
pelukaan pada akar maupun rimpang.
8. Cepat mencabut dan membakar
tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit sebelum menyebar ke tanaman
lain.
2. PILIH LOKASI KEBUN YANG COCOK
Tiga faktor penting dalam mendukung pembudidayaan jahe
yaitu:
A.
Iklim
ð Iklim di Indonesia ada
beberapa tipe menurut Oldeman, yaitu tipe A,B,C,D,dan E. Tipe iklim yang sesuai
untuk pertumbuhan jahe adalah tipe A,B, dan C. Misalnya, Sukabumi, Bengkulu,
Lampung, dan Sumatera Barat.
B. Ketinggian Tempat
ð Dataran tinggi merupakan
salah satu alternatif untuk mendapatkan pertanaman jahe yang sehat
ð Ketinggian tempat berkaitan
dengan suhu udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jahe yang berkisar 25-300 C.
C. Tanah
ð Jenis tanah yang cocok untuk
budidaya jahe adalah tanah jenis andosol dan latosol merah coklat
ð Kondisi tanahnya adalah
gembur, subur, mengandung bahan organik yang tinggi, dan kondisi drainase yang
baik.
ð Stuktur tanah yang baik
adalah remah atau gembur dengan fraksi liat, debu, dan pasir yang relatif
berimbang.
3. LAKUKAN SELEKSI BIBIT
A. Dasar Seleksi
ð Sebagai dasar untuk
menyeleksi antara lain asal bibit, umur bibit, penampilan bibit dan bagian
rimpang yang digunakan untuk bibit.
B. Cara mendapatkan bibit
ð Cara yang terbaik untuk
mendapatkan bibit yang sehat yaitu dengan menanam/ mendapatkan bibit sendiri
yang dilakukan dengan cara menanamnya sendiri dalam polibag dan diletakkan di
atas batako.
C. Penyimpanan Bibit
ð Tempat penyimpanan sebaiknya
diumigasi lebih dahulu dengan menggunakan metybromida yang disemprotkan.
ð Tujuan penyimpanan untuk
menurunkan air dan menunggu pertunasan agar bibit yang tumbuh dapat seragam.
D. Pengepakan dan Pengangkutan
ð Untuk menghindari kerusakan
saat dikirim ke pembibitan, bibit sebaiknya dikemas.
ð Selama pengiriman, dijaga
agar bibit selalu dalam keadaan kering dan tidak kehujanan.
E. Kebutuhan Bibit
ð Jumlah bibit yang dibutuhkan
tergantung dari luas lahan dan jarak tanam yang digunakan.
4. LAKUKAN PEMBIBITAN YANG BENAR
A.
Perlakuan Bibit
ð Cara basah yaitu dengan
merendam potongan-potongan rimpang tersebut kedalam drum besar yang berisi
campuran air sebanyak 2/3 nya dengan Agrymicin 0,6 gram per liter air.
ð Cara kering yaitu dengan
memasukkan potongan-potongan rimpang kedalam drum yang berisi Agrymicin dengan
abu sekam/abu bakar.
B.
Persemaian
ð Cara persemaian sistem
bedengan dapat dibuat dilokasi penanaman dengan biaya murah namun bibit yang
busuk dengan yang sehat.
ð Cara persemaian sistem rak
yaitu bibit dapat dikontrol dan diatur sehingga bibit busuk dapat diketahui
serta menghemat tempat.
C.
Pemeliharaan
ð Penyemprotan fungisida
sewaktu-waktu selama persemaian juga diperlukan untuk menghindari timbulnya
serangan jamur.
D. Umur Pembibitan
ð Masa pembibitan berlangsung
antara 2-3 minggu, tergantung pada kondisi bibit.
ð Setelah bibit bertunas,
dilakukan seleksi bibit.
E.
Penyesuaian / Adaptasi Bibit
ð Setelah diseleksi, bibit dipindahkan
pada hamparan bilik bambu yang telah dilapisi jerami lalu disungkup dengan
plastik transparan dan diattasnya dinaungi paranet 50% cahaya mattahari dapat
mengenai tunas. Hal ini dilakukan agar bibit dapat beradaptasi dengan
lingkungan luar.
F.
Pemindahan Bibit ke Lapangan
ð Bibit tersebut di masukkan ke
dalam kontainer dan diangkut ke lapangan dengan hati-hati agar tunas tidak
patah.
5.
GEMBURKAN TANAH DAN BUAT
BEDENGAN
A.
Penggemburan Tanah
ð Penggemburan tanah ini
bertujuan agar perkembangan rimpang tidak terhambat dan rimpang dapat berukuran
besar.
B.
Pembuatan Bedengan/Guludan
ð Pembuatan bedengan bertujuan
agar tanaman tidak tergenang air pada saat hujan turun.
C.
Persiapan Tanam Pada Bedengan
ð Setelah lubang tanam dibuat
pada bedengan, berilah jerami pada lubang tanam dan pupuk dasar yaitu berupa
pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau.
6.
PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
A.
Perhatikan Waktu dan Cara
Penanaman
1. Waktu tanam
ð Waktu yang tepat untuk
menanam jahe di tegalan adalah awal musim hujan, sekitar bulan
september-oktober. Tujuannya agar air yang di butuhkan tanaman jahe untuk
pertumbuhan rimpang dapat terpenuhi.
2.
Cara tanam
ð Letakkan potongan rimpang
pada lubang tanam atau alur yang telah disiapkan. Jangan letakkan terlalu dalam
/ terlalu dangkal.
3. Mulsing
ð Pemakaian mulsa merupakan
salah satu cara untuk merubah keadaan iklim mikro dan sekaligus berperngaruh
terhadap perubahan sifat tanah dan pertumbuhan tanaman.
B. Lakukan Pemeliharaan Secara Rutin
1. Penyulaman yaitu penggantian
tanaman yang mati dengan bibit yang baru dan sehat.
2. Penyiangan dilakukan agar
persaingan antara gulma dan tanaman pokok dapat diatasi.
3. Pembumbuan dilakukan untuk
memperoleh media tumbuh akar dan rimang menjadi lebih baik setelah rimpang
membentuk 4-5 anakan.
4. Pemupukan lanjutan diberikan
secara berimbang agar kesuburan dan produktivitas tanaha tetap terpelihara.
5. Perbaikan drainase bertujuan
untuk memperoleh rimpang yang gemuk dan berdaging.
6. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan agar memperoleh rimpang yang sehat dan terhindar dari hama
dan penyakit yang menyerangnya.
7. PERHATIKAN WAKTU DAN
CARA PANEN
A. Jahe Muda
ð Panen jahe muda dilakukan
pada umur 3-4 bulan setelah tanam
ð Cara memanennya menggunakan
garpu agar rimpang-rimpang yang terangkat tidak patah atau lecet.
B.
Jahe Tua
ð Jahe tua dapat dipanen pada
umur 7-8 bulan.
ð Cara memanennya menggunakan
garpu agar rimpang tidak patah atau lecet.
8.
PASCAPANEN
A.
Pengolahan Jahe Segar
ð Jahe segar adalah jahe yang
baru dipanen dan belum mengalami perubahan struktur maupun bentuknya.
ð Jahe segar yang dipasarkan
dalam negeri umumnya jahe emprit dan jahe merah yang digunakan untuk konsumsi
rumah tangga dan industri obat tradisional.
ð Jahe segar yang di ekspor
biasanya berasal dari jahe gajah atau jahe merah.
B. Pengolahan Jahe Kering
ð Jahe kering adalah jahe yang
kulit rimpangnya dikupas dan kemudian dekeringkan selama 5-8 hari
ð Sebelum dikeringkan jahe
dicuci terlebih dahulu.
ð Jahe kering kemudian diolah
menjadi bubuk jahe, minyak jahe dll yang kemudian dipasarkan keluar dan dalam
negeri.
C.
Pengolahan Jahe Asin
ð Bahan baku jahe asin yaitu
jahe muda yang masih segar dan tidak busuk.
ð Ekspor jahe asin ini umumnya
ke Jepang
D. Pembuatan Oleoresin
ð Rimpang dikuliti dan
dihaluskan sampai berukuran 30-40 mesh.
ð Bahan pelengkapnya adalah
etanol, aseton, dan etilene yang merupakan pelarut organik.
ð Oleoresin banyak digunakan
dalam industri karena aromanya yang tajam.
RANGKUMAN
JUDUL BUKU :
AGAR JAHE BERPRODUKSI TINGGI
JUMLAH HALAMAN : 64
HALAMAN
PENERBIT : PENEBAR SWADAYA
CETAKAN KE : VI
Jahe ( Zingeber
Officinale ) yang dikenal sebagai bumbu dan obat tradisional hingga saat
ini masih memiliki peluang dan prospek yang baik. Penggunaannya pun telah
meluas masuk ke industri makanan dan minuman. Peluang ekspor untuk jahe segar,
jahe kering, jahe asin, dan oleorisin masih terbuka lebar. Demikian juga peluang
untuk pengembangan budi daya. Iklim dan tanah Indonesia mendukung keberhasilan
budi daya tersebut. Namun, permasalahan budidaya yang sering di hadapi yaitu
adanya serangan penyakit layu bakteri.
Salah satu upaya mencegah penyakit tersebut adalah dengan menanam bibit
jahe yang telah diseleksi dengan baik dan sehat.
Dalam usaha untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan
berkualitas maka bibit yang akan ditanam dilapangan harus benar-benar memenuhi
persyaratan (bernas, sehat, cukup tua, dan jelas varietasnya). Sebelum disemai,
bibit tersebut perlu diberi perlakuan dahulu untuk mendukung kesehatan tanaman
nantinya.
Bibit yang telah diseleksi dapat segera ditanam dalam
lubang tanam yang telah disiapkan, yang perlu diperhatikan di sini yaitu waktu
dan cara penanamannya. Setelah ditanam jangan lupa diberi mulsa, lalu lakukan
pemeliharaan.
Tanaman jahe dapat dipanen muda atau tua tergantung
dari pemanfaatannya. Pada saat panen, perlu juga memperhatikan cara mengambil
jahe agar kualitasnya tetap terjaga.
SURYANI, XI IPA 1
Rimpang jahe yang selesai dipanen dan telah di jemur
dapat diolah menjadi beberapa macam. Untuk kebutuhan dalam negeri maupun di
ekspor. Berikut berbagai bentuk olahan jahe dan pemasarannya:
Jenis jahe
|
Bentuk asal
|
Bentuk Olahan
|
Pangsa Pasar
|
Pengguna
|
Jahe putih
besar
|
Jahe muda (3-4 bulan)
Jahe tua
(8-9 bulan)
|
Jahe asin pikel
Jahe asin manisan
Rimpang segar
Minuman(anggur dan sirup
Makanan(selai)
|
Ekspor dan
Dalam negeri
|
Industri pangan dan
Rumah tangga
|
Jahe putih kecil
|
Jahe kering
|
Bubuk jahe
Minyak jahe
Oleoresin
Rimpang segar
|
Ekspor dan dalam negeri
|
Industri pangan,
Farmasi,
Industri obat, dan
Rumah tangga
|
Jahe merah
|
Jahe kering
|
Dalam negeri
|
Industri obat tradisional
|
SURYANI, XI IPA 1
0 komentar:
Posting Komentar