Pengertian sistem koloid
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki
ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu,
agar-agar, tinta, sampo,
serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai
sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia
industri karena kepentingannya.
Jenis-jenis koloid
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel
padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat kita saksikan di alam
adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern, banyak sediaan
insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering kita
sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray, deodorant
dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat
terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat
terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil, dimana
partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk
suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya “cinta cairan”
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat
disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
b. Sol liofob, dimana
partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya
“takut cairan” (phobia=takut).
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua
macam koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan
koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem,
sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan
sol-sol logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat
terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi
suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu
merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya.
Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam
bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat
disebut krim.
4. Buih
Koloid
buih adalah sistem koloid dari gas terdispersi dalam zat cair. Koloid buih
terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Buih padat (gas-padat) adalah koloid dengan fase gas yang terdispersi dalam zat fase
padat. Contoh koloid buih padat : Busa jok, batu apung, lava, dll.
b. Buih cair ( gas-cair) adalah koloid dengan zat fase terdispersi dalam zat fase cair.
Contoh koloid buih cair: krim kocok, busa sabun
Buih
dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih
dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak
dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan
alkohol.
Sifat-sifat Koloid
- Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala
penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John
Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall.Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena
sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
· Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan
partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu
(gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu
zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat
cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi
di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran
partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka
semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
- Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa
penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid
yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu
partikel).
- Muatan koloid
Dikenal dua macam
koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
- Koagulasi koloid
Koagulasi adalah
penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
- Koloid pelindung
Koloid pelindung
ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi.
- Dialisis
Dialisis ialah
pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah.
- Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa
pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari
Jenis
koloid yang mencemari udara adalah koloid aerosol padat (berupa
butiran/partikel padatan terdispersi dalam gas/udara). Pencemaran ini berasal
dan asap kendaraan bermotor, industri, debu jalanan yang ditiup angin.
Pencemaran ini dapat mengganggu daya pandang (visibilitas), gangguan kesehatan
(mengganggu pernapasan). Selain itu juga dapat memengaruhi cuaca, dapat
menimbulkan seringnya hujan, karena butiran ini merupakan salah satu komponen
pembentuk awan.
Jenis
koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti
logam berat (misalnya logam Pb dan Hg), dan limbah yang berasal dan pemukiman,
seperti limbah detergen.
Sedangkan
jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian seperti pestisida dan
pupuk.
Proses
Penjernihan Air
Air
dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak
stabilnya sistem koloid; yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam
sistem koloid tersebut. Sedangkan absorpsi adalah proses ketika permukaan
koloid menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang keruh mungkin
mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan
lain-lain.
Zat
koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K2SO4
A12(SO4)3. Zat A12(SO4)3
dalam air akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH)3 . Koloid
Al(OH)3 yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan
mengendapkan kotoran-kotoran dalam air keruh. Ion Al3+ dari koloid
Al(OH)3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
Di samping itu, koloid Al(OH)3 akan mengabsorpsi zat-zat seperti
zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air
keruh tersebut.
Kegunaan Koloid Dalam kehidupan Manusia
Sistem
koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri seperti industri
kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut
antara lain;
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industry
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju,
mentega, susu, saus salad
|
Industri
kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah
tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak
ikan, pensilin untuk suntikan
|
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula.
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna
tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula
tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah.
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
4.
Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung
partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan
air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika
air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan
muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk
suatu delta.
5. Pengambilan endapan pengotor
5. Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
Pembuatan Sistem Koloid
Jika
kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk koloid, bahan
bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel berukuran
besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah
cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid.
Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi
redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
1)
Reaksi Redoks
Contoh
a.
Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan
larutan SO 2 .
Persamaan
reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq)
→2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b.
Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin
(HCHO).
Persamaan
reaksinya:
2
AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l)
→ 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3
HCOOH (aq)
sol emas
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH)
3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah:
mengunakan air mendidih.
FeCl
3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
a) Pembuatan sol As 2
S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit
(H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan
reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g)
→ As 2 S 3 (s) + 6H 2
O (l)
sol As 2 S 3
b) Pembuatan sol AgCl dari
larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan
reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan
belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S
(aq) + alkohol + air → S (s)
Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah
pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid
dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan
ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses
mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau
penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk
zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran
koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh,
pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi adalah
cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk
memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses
pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel
sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur Bredig
Busur
Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel
koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan
membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi
sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan
listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air
sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara
ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol
logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara
ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di
atas 20.000 Hz.
TEROBOS BUSWAY, DEWI PERSSIK DIUSULKAN JADI DUTA TRANSPORTASI
BalasHapus